Nyala Terang Lilin: Sambut Para Leluhur di Malam Selikuran
- 30-03-2025

Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an menggema khidmat di Kagungan Dalem Bangsal Srimanganti. Senja itu, Kamis Legi (malam Jumat Pahing) 20 Pasa 1958 Je/20 Maret 2025, puluhan Abdi Dalem Carik dan Kahartakan dari masing-masing divisi di Keraton Yogyakarta mengikuti prosesi Hajad Dalem Malem Selikuran, pukul 16.30 WIB. Prosesi ini dipimpin oleh Mantu Dalem Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro.
Sembari menunggu waktu berbuka puasa, Mas Bekel Amat Taufik membacakan Risalah Lailatulqadar. Risalah tersebut menyeru segenap hadirin untuk meningkatkan amal ibadah di malam sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Dijelaskan pula bahwa dalam 10 hari terakhir bulan Ramadan ada malam Lailaturqadar yang nilai keutamaannya setara 1.000 bulan. Esensi inilah yang kemudian menyebutkan bahwa Malem Selikuran dimaknai sing luwih ing tafakur. Hal ini juga mengacu pada kata selikur, yang dalam bahasa Jawa berarti dua puluh satu, hal ini mengacu malam tanggal 21 Pasa/Ramadan.
Prosesi kemudian ditutup dengan doa pengampunan dan doa permohonan keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan untuk Sri Sultan beserta keluarga, segenap Abdi Dalem dan rakyat Yogyakarta.
Di sisi lain, Abdi Dalem Keparak juga bersiap untuk menyalakan lilin-lilin, sebagaimana yang diungkap oleh Nyi KRT Hamong Tedjonegoro, “Setiap Malem Selikur dan selanjutnya pada malam tanggal ganjil, Kanca Keparak bertugas menghidupkan lilin-lilin. Apabila sudah habis, segera (lilin) diganti yang baru.”
Nyi KRT Hamong Tedjonegoro menambahkan Kanca Keparak Pasareyan menyiapkan setidaknya 13 lilin untuk dihaturkan di kori (pintu gerbang) Kagungan Dalem Gedhong Prabayeksa. Kanca Keparak Dhak Lebet menyiapkan 3 lilin untuk diletakkan di kori Gedhong Songsong. Kanca Keparak Dhak Jawi membawa 4 lilin untuk dinyalakan di Kagungan Dalem Bangsal Pengapit. Sementara Kanca Keparak Sedhahan menghidupkan 2 lilin di Sedhahan, dan Kanca Keparak Sembagan menyiapkan 3 lilin untuk diletakkan di kori Gedhong Prabayeksa sebelah barat dan Bangsal Sekar Kedhaton.
“Semua lilin-lilin tersebut bertujuan menyambut datangnya arwah para leluhur yang telah mendahului dan sebagai pelita penerang, tutup Nyi KRT Hamong Tedjonegoro.
Selama bulan puasa, segala aktivitas yang melibatkan tabuhan gamelan untuk sementara waktu di-suwuk (dihentikan). Meski demikian, ada tradisi khusus yang dilakukan oleh Abdi Dalem Lebdaswara Kawedanan Kridhamardawa. Secara bergantian mulai pukul 19.00 WIB hingga purna, Abdi Dalem yang bertugas membacakan tembang macapat di teras Bangsal Kencana, pada malam-malam ganjil, yakni 28 Februari dan 2, 6, 8, 13, 17, 20, 23, 27, 30 Maret 2025. Dalam 10 malam tersebut, teks macapat yang dibawakan berasal dari salinan manuskrip, “Babad Matawis, yang ditulis dalam bahasa Jawa, tulisan tangan. Teksnya berasal dari Kagungan Dalem Babad yang disimpan di Kawedanan Widyabudaya, jelas KMT Prajasuwasana yang juga pengirid Kanca Macapat.
Sebelum digelar Malem Selikuran, Abdi Dalem Kanca Kaji beserta Kanca Pengulon juga telah melangsungkan Khaul Sri Sultan Hamengku Buwono V di Pendapa Kawedanan Pengulon dengan prosesi sugengan serta membacakan doa pengampunan dan tahlil.