Kenalkan Aparatur Nagari Ngayogyakarta, Keraton Gelar Simposium Internasional Budaya Jawa

Gendhing Mbat-mbat Penjalin dari Yogyakarta Royal Orchestra mengiringi lampah macak Bregada Prajurit Nyutra menjadi penampil terakhir dalam peragaan busana Abdi Dalem prajurit Keraton Yogyakarta pada pembukaan Simposium Internasional Budaya Jawa 2025. Delapan busana prajurit yang ditampilkan oleh Kawedanan Kridhamardawa merupakan usaha rekonstruksi dari litografi prajurit keraton yang tersimpan di Koninklijk Instituut voor de Taal-, Land Volkenkunde (KITLV). 

Day 1 Sympo 2

Gelaran simposium ketujuh yang berlangsung pada 12-13 April 2025 di Kasultanan Ballroom Royal Ambarrukmo dibuka langsung oleh Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10, GKR Mangkubumi, dan GKR Hayu. Turut hadir GKR Condrokirono, GKR Bendara, KPH Notonegoro, KPH Yudonegoro, perwakilan Kadipaten Pakualaman, Kasunanan Surakarta, Kadipaten Mangkunegaran, para rektor, dekan, profesor, jajaran forum koordinasi pimpinan daerah, serta beberapa perwakilan dari KBRI dan KJRI; KBRI Seoul, KBRI Paramaribo, KBRI Mexico City, ⁠KBRI Baghdad, ⁠KBRI Manama, ⁠KBRI Kuwait City, KBRI Brunei Darussalam, KJRI Mumbai, KBRI Kuala Lumpur. 

Day 1 Sympo 4

Melalui sambutan pembuka, GKR Hayu, Penghageng Kawedanan Tandha Yekti sekaligus ketua panitia menyampaikan bahwa proses kurasi artikel ilmiah simposium telah dilakukan secara bertahap dengan proses berlapis selama hampir setahun terakhir. “Dari call for paper yang dibuka sejak Agustus 2024, terdapat 92 pendaftar dari berbagai penjuru Indonesia dan juga dari luar negeri. Antara lain dari Filipina, Malaysia, Kroasia, Korea. Tulisan-tulisan yang masuk kemudian diseleksi oleh panel reviewer yang merupakan peneliti senior dari Indonesia, Jerman, dan Prancis. Dalam putaran pertama, terdapat 20 naskah terpilih untuk dikembangkan ke dalam penelitian lebih lanjut. Hingga kemudian, pada akhirnya terdapat 10 tulisan terbaik yang akan sama-sama kita simak pemaparannya dalam simposium 2 hari ke depan,” ungkap GKR Hayu.

Day 1 Sympo 17

GKR Mangkubumi, mewakili Keraton Yogyakarta, juga memberikan sambutan sekaligus meresmikan pembukaan Simposium Budaya Jawa 2025. Sebagai pamungkas beliau menyampaikan harapan, “Semoga gelaran ini membuka ruang seluas-luasnya bagi studi keilmuan Aparatur di Kesultanan Yogyakarta, baik dari bidang antropologi, filologi, sejarah, sains, politik, psikologi, pendidikan, gender, filsafat, dan lain sebagainya yang terkait dengan budaya Jawa.

Day 1 Sympo 32

Sesi pertama dalam simposium tahun ini, sesi sejarah, dimoderatori oleh Prof. Nur Hidayanto P.S.P., S.Pd., M.Pd., Ph.D, dekan Fakultas Bahasa dan Seni Budaya Universitas Negeri Yogyakarta. Sesi ini menghadirkan keynote speech dari Prof. Dr. Arndt Graf yang merupakan Professor of Southeast Asian Studies di Goethe-University Frankfurt, Jerman selaku reviewer. Kemudian dilanjutkan presenter pertama, Dr. Hayu Adi Darmarastri, S.S., M.Hum., yang menyampaikan riset mengenai ‘Peran dan Fungsi Prajurit Estri Langen Kusuma di Kasultanan Yogyakarta Masa Hamengku Buwono II’. Hal menarik dari pemaparan beliau bahwa kekuatan militer pada masa Sultan Hamengku Buwono II tidak hanya disokong oleh prajurit laki-laki namun juga oleh prajurit estri (perempuan). Sebagai pengawal pribadi Sultan pada masa itu, selain terampil dalam berolah senjata dan mahir menunggang kuda, prajurit Langen Kusuma juga berperan aktif mendukung kebijakan politik kerajaan. 

Dua presenter lain yang menyampaikan risetnya dalam sesi pertama berjudul ‘Dari Reorganisasi Agraria Sampai Reformasi: Lembaga Pertanahan Kesultanan Yogyakarta’ (Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S., M.Hum.) serta ‘Sejarah Penegakan Hukum pada Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat: Studio Historical Law Pengadilan Darah Dalem dan Pengadilan Surambi’ (Mastri Imammusadin, S.H.,).

Day 1 Sympo 15

Kemudian, sesi kedua di hari pertama yakni Politik, Hukum, dan Pemerintahan menghadirkan Wawan Mas’udi, S.I.P., M.P.A., Ph.D, dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sebagai moderator. Pada sesi ini, keynote speaker sekaligus reviewer merupakan seorang profesor antropologi hukum dari Universitas Indonesia, yaitu Prof. Dr. Sulistyowati Irianto, M.A.. Kemudian dilanjutkan pemaparan dua makalah terpilih, yakni mengenai ‘Dari Pengadilan Pradata Menuju Perdata: Perkembangan Sistem Hukum Kasultanan Yogyakarta di era Hindia Belanda’ (Dr. Waskito Widi Wardojo, S.S., M.A.) dan ‘Cultural Diplomacy and Governance: The Pepatih Dalem’s Role in Promoting’ (Welda Sana Vero, S.Hum., M.A.). Selain itu, terdapat satu pembicara tamu yakni Prof. Dr. Drs. Akmal Malik, M.Si yang merupakan Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, yang memaparkan terkait pemerintahan otonomi daerah.

Day 1 Sympo 18

Kajian pertama di hari kedua, bertema Sosial Budaya, dimoderatori Retno Kusumawiranti, S.Sos, M.P.A. wakil rektor II Universitas Widya Mataram. Keynote speech oleh reviewer di sesi ketiga ini disampaikan oleh Prof. Em. Andre Avellino Hardjana, Ph.D. Emeritus Professor at Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan dua presentasi hasil penelitian berjudul ‘Penerjemah di Kraton Yogyakarta’ (Bambang Muhamad Fasya Azhara, S.Hum.) dan ‘The Evolving Role of Abdi Dalem Kraton Yogyakarta: Navigating Modernity, Sustainability, and Digitalization’ (Nina Megawati, S.S., CSRS.). Pada sesi ini juga dihadirkan Kanca Renstra Keraton Yogyakarta, Antonius Maria Indrianto, S.I.Kom, M.A., Ph.D (Candidature), sebagai pembicara tamu yang menyampaikan bahasan mengenai Pengejawantahan Panjantra dalam Tata Paprentahan di Keraton Yogyakarta’. 

Day 2 Sympo 14

Sesi terakhir dalam simposium yang bertema Seni dan Sastra dimoderatori oleh Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A., dosen di departemen Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (PSPSR) Universitas Gadjah Mada. Kali ini, reviewer yang juga memberikan keynote speech merupakan sejarawan seni dan arsitektur, serta peneliti di Ecole Française d’Extrême-Orient (EFEO), yakni Dr. Helene Njoto Feillard. Sesi penutup ini membahas dua hasil riset, yaitu ‘Adapting Tradition: Abdi Dalem Contribution to Dance Education at Kridhamardawa Amidst Pedagogical Shifts’ (Dr. Muhammad Fazli Taib bin Saearani), ‘Peran dan Fungsi Abdi Dalem Musikan dalam Kraton Orcest Djogja’ (Dr. Sn., R.M. Surtihadi, S.Sn., M.Sn.), serta ‘Kiprah Abdi Dalem Keparak Kraton Yogyakarta Dalam Naskah Kraton Huishouding KBG 950’ (Erma Purwati, S.S.). 

Day 2 Sympo 9

Dalam jeda antar sesi disuguhkan Keraton Updates berupa talk show yang mengusung tajuk Lembaga Keprajuritan Keraton. Hal istimewa dalam simposium kali ini dan menjadi pembeda dengan sesi Keraton Updates sebelumnya yakni Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 berkenan memberikan keynote speech dan dialog pemantik diskusi. “Dulu kumpul sama saudara-saudara dan teman di Ndalem Dimas Joyokusumo, mau ulang tahun kotamadya, kita coba hidupkan lagi prajurit keraton untuk karnaval. Di Rotowijayan kebetulan ada lembaga seni, Sanggar Bambu, nah itu sangat berjasa mendesain lagi seragam prajurit seperti topi. Pertama yang paling mudah dulu Dhaeng, lalu Wirabraja dan Nyutra,” ungkap Ngarsa Dalem. Dialog pemantik diskusi yang dipandu oleh Prof. Dr. Drs. R.M. Pramutomo, M.Hum. mampu mengulik peran besar Ngarsa Dalem sebagai sosok yang berhasil merekonstruksi dan merevitalisasi kembali Lembaga Keprajuritan di Keraton Yogyakarta pada 1971 setelah sempat ditiadakan pada periode pascakemerdekaan.

Gelar wicara dilanjutkan dengan dialog bersama tiga narasumber mengenai perkembangan Lembaga Keprajuritan Keraton dari masa ke masa. Adapun ketiga narasumber tersebut, yakni Prof. Dr. Y. Sumandiyo Hadi, SST., SU.  yang mewakili masa awal revitalisasi, Prof. Dr. Sukadari, S.E., S.H., M.M. yang mengulas masa 1989 hingga saat ini, dan Letda Dr. Misran Wahyudi, S.H., M.H., tentara aktif yang baru bergabung menjadi prajurit keraton pada 22025, yangmenguraikan era saat ini. 

Day 1 Sympo 13

Simposium yang berjalan selama dua hari ini mengundang ketertarikan sebanyak 431 peserta secara luring dan 227 peserta secara daring. Fidel (14) dan Baihaqi (17), dua orang peserta remaja dari salah satu boarding school di Bogor, mengungkap bahwa antusiasme terhadap pelaksanaan simposium membuat mereka rajin memantau informasi dari sosial media Kraton Jogja. Selain menjadi pengalaman kedua mereka menghadiri simposium, kali ini mereka pun berhasil mengajak untuk turut serta sebagai peserta tiga teman sekolah lainnya, seorang guru, dan orang tua. Baihaqi juga mengungkap kesan dan pesannya terhadap simposium, “Sangat seru, dan materi sangat berbobot sekali ya untuk saya yang SMA, jadi juga merasa tertantang untuk ikut berpikir.”

Dr. Helene Njoto Feillard, salah seorang reviewer juga mengungkapkan apresiasinya, “Luar biasa bagus mengorganisasi 700 orang dari luring dan daring, bisa dikelola dengan sangat luar biasa dan lancar. Perhatian yang kami dapatkan such a very human and a very warm. So, a million thanks for organizing all of this. Merci beaucoup.” Beliau juga menambahkan harapannya agar simposium dapat terus bertahan dan juga berkembang ke depannya.  

Day 1 Sympo 8

Simposium Internasional Budaya Jawa tahun 2025 dalam rangka peringatan kenaikan takhta atau Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 dan GKR Hemas secara resmi berakhir dengan pidato penutup yang disampaikan oleh GKR Bendara, Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nityabudaya. Selain mengungkap terima kasih kepada seluruh pihak yang hadir dan berperan dalam proses penyelenggaraan simposium, GKR Bendara juga mengumumkan tema simposium tahun 2026 kepada seluruh khalayak yaitu Tata Ruang dan Wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.