Menjaga Keselarasan Alam, Keraton Yogyakarta Gelar Labuhan Alit Tahun Jimakir 1954
- 18-03-2021
Menutup rangkaian Tingalan Jumenengan Dalem, Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem Labuhan. Tahun ini Labuhan diselenggarakan di tiga tempat, yakni Pantai Parangkusuma, Gunung Merapi dan Gunung Lawu. Prosesi ini biasa disebut Labuhan Alit.
Upacara Labuhan dimulai dengan pemberangkatan ubarampe oleh Mantu Dalem, yakni KPH Wironegoro, KPH Purbodiningrat, KPH Notonegoro dan KPH Yudanegara di Bangsal Srimanganti pada Minggu Wage (14/3) atau 30 Rajab pukul 08.00 WIB. Ubarampe diserahkan kepada Abdi Dalem yang ngayahi (bertugas) untuk selanjutnya dibawa secara bersamaan menuju tiga tempat.
Labuhan Parangkusuma
Pantai Parangkusuma menjadi lokasi pertama penyelenggaraan Labuhan pada Minggu (14/3). Rombongan Abdi Dalem yang dipimpin Utusan Dalem, KRT Wijoyopamungkas, menyerahkan ubarampe kepada perwakilan Juru Kunci Cepuri Parangkusuma, Mas Bekel Surakso Tri Rejo dan Pemerintah Kabupaten Bantul, di Kantor Kapanewon Kretek pada pukul 08.45 WIB.
Ubarampe lantas dibawa ke pendopo barat kompleks Cepuri Parangkusuma untuk dicek kembali kelengkapan dan kemudian didoakan. Seusai doa bersama, ubarampe berupa kenaka (potongan kuku) dan rikma (potongan rambut) Sultan ditanam di dalam kompleks Cepuri Parangkusuma, sementara perangkat pakaian Sultan dan ubarampe lainnya dilabuh ke Samudra Hindia sebelum tengah hari.
Mas Surakso Tri Rejo menuturkan prosesi Labuhan tahun ini berjalan dengan baik dan tertib, sebagai bukti akan dihaturkan hasil laut berupa rumput laut atau udang kepada Keraton Yogyakarta.
Labuhan Merapi
Lokasi Labuhan yang kedua adalah Gunung Merapi. Setelah diberangkatkan, ubarampe diserahterimakan kepada Pemerintah Kabupaten Sleman, di Kantor Kapanewon Depok pada Minggu (14/3). Berikutnya, rombongan yang dipimpin oleh KRT Widya Bayukusumamenuju Kantor Kapanewon Cangkringan untuk mengantarkan ubarampe Labuhan kepada Juru Kunci Gunung Merapi, Mas Wedana Suraksohargo (Mas Asih).
Sesudah zuhur, seluruh ubarampe dibawa menuju bekas kediaman Mbah Maridjan di Desa Kinahrejo. Berkenaan dengan situasi pandemi dan status siaga Gunung Merapi, pertunjukan wayang kulit dan hiburan rakyat menyambut prosesi Labuhan ditiadakan. Sebagai gantinya, Minggu malam digelar doa bersama, lantunan macapat dan tahlil oleh beberapa masyarakat Kinahrejo.
Labuhan Merapi digelar keesokan harinya, Senin (15/3) atau 1 Ruwah, rombongan berangkat pukul 06.30 WIB. Tahun ini hanya ada 20 Abdi Dalem dan 10 relawan yang mengantar ubarampe Labuhan ke Srimanganti, Alas Bedengan.
Labuhan Lawu
Gunung Lawu menjadi lokasi Labuhan yang terakhir. Ubarampe yang diberangkatkan dari Keraton Yogyakarta tiba di Rumah Dinas Bupati Karanganyar pada Minggu (14/3) pukul 10.00 WIB. KRT Rinta Iswara sebagai Utusan Dalem, menyerahkan ubarampe Labuhan kepada Drs. Tarsa, M.Pd., selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar. Sore harinya ubarampe Labuhan diserahterimakan kepada Juru Kunci Gunung Lawu, Mas Bekel Suraksa Hargolawu. Selepas magrib, digelar prosesi Sugengan Labuhan di rumah Mas Bekel Suraksa Hargolawu.
Hari berikutnya, Senin (15/3) atau 1 Ruwah sekitar pukul 07.50 WIB, seluruh ubarampe dibawa menuju Cemara Kandang yang ditempuh selama 1 jam dengan jarak kurang lebih 4 kilometer. Pukul 09.00 WIB, prosesi Labuhan dimulai. Masih sama seperti tahun lalu, Labuhan Lawu tidak digelar di Hargo Dalem, namun di Cemara Kandang, hal ini disebabkan masih dalam situasi pandemi dan cuaca keras di Gunung Lawu. Menutup prosesi Labuhan Lawu, pada Selasa pagi (16/3) dilaksanakan prosesi lorodan ubarampe. Ubarampe Labuhan tahun lalu diganti dengan ubarampe tahun ini.
Pemilihan tempat-tempat yang digunakan untuk Labuhan, erat kaitannya dengan rekam jejak berdirinya Kerajaan Mataram serta tapak tilas perjuangan leluhur. Prosesi penuh makna ini mengandung ungkapan syukur dan memanjatkan doa keselamatan, sekaligus upaya menjaga keselarasan alam. Hal ini merupakan salah satu perwujudan tugas Sultan, “Hamemayu Hayuning Bawono”.