Musikan Mandalasana Warawaditra 2025: Perayaan Perjuangan Para Puan
- 24-04-2025

Lonceng di Keraton Yogyakarta baru berdentang sepuluh kali, namun para penonton setia Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) telah memadati area Kagungan Dalem Bangsal Mandalasana Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Masih satu jam sebelum Pentas Musikan Mandalasana Warawaditra 2025 dimulai, namun mereka telah berjajar rapi di atas karpet hijau, demi mendapat tempat terbaik menyaksikan para Warawaditra—pemusik perempuan YRO—berlaga di atas panggung. Semua menyambut pementasan ensambel tiup YRO yang dimulai pukul 11.00 WIB pada Sabtu (19/04) dalam rangka menyongsong peringatan Hari Kartini.
“Menyambung kesuksesan konser Warawaditra di bulan Desember 2024 saat peringatan Hari Ibu, di peringatan Hari Kartini ini kami hadirkan kembali para Warawaditra. Namun format pementasannya lebih kecil, yakni hanya ensambel tiup saja, mengingat sebenarnya jadwal Yogyakarta Royal Orchestra di bulan April 2025 ini sebenarnya sudah sangat padat. Kami tetap ingin merayakan perjuangan emansipasi para perempuan dengan Pentas Musikan ini,” ungkap KPH Notonegoro, Penghageng Kawedanan Kridhamardawa.
Tepat usai lonceng berdentang sebelas kali, terdengar suara terompet dari para prajurit putri yang mengawal kirab para Warawaditra. Mengalun tembang Witing Klapa yang terlantun dari Korps Musik—Korsik—Putri mengantarkan pemusik putri YRO menuju ke Bangsal Mandalasana. Para prajurit perempuan ini adalah bagian dari rekonstruksi Prajurit Langenkusuma, satuan prajurit perempuan yang dahulu pernah ada di Keraton Yogyakarta. Dengan pengaba Mg Elok Shinta Meilina Agus, mengalun nomor pembuka yakni Gendhing Rumpul-Panderpass yang merupakan Gendhing Kurmat Manggala.
Hadir kemudian lagu yang tak afdal jika tidak dibawakan dalam peringatan Hari Kartini, yakni lagu Ibu Kita Kartini karya WR. Soepratman yang telah diaransemen oleh Mg Rafeel Juniar Krismanda. Menyusul kemudian Mars Bambu Runcing yang begitu menggugah semangat hasil gubahan MP Widyoyitnowaditro. Dua nomor pembuka tersebut mendapat apresiasi hangat dari para penonton yang hadir langsung di Keraton Yogyakarta maupun secara daring melalui kanal YouTube Kraton Jogja.
Tembang Witing Klapa yang tadi digunakan sebagai pengiring para Warawaditra kembali dihadirkan dalam format ensambel tiup sebagai nomor lagu ketiga, disusul lagu Tanah Airku karya Ibu Sud di nomor lagu keempat yang telah digubah oleh MP Widyoyitnowaditro. Mengalun kemudian satu lagu yang istimewa yakni Lancaran Kartini Pelog Lima, sebuah gendhing yang biasanya dibawakan secara rancak dengan gamelan kini hadir dalam format ensambel tiup hasil aransemen Mg Rafeel Juniar Krismanda. Mengakhiri rangkaian Pentas Musikan Mandalasana Warawaditra 2025, sekitar jelang pukul 12.00 WIB hadir lagu Sepasang Mata Bola dan Bagimu Negeri yang tak kalah mendapat tepuk tangan meriah dari para penonton.
Meski Pentas Musikan Mandalasana Warawaditra ini dibentuk dengan format yang lebih kecil, namun pementasan ini membawa semangat dan pesan yang besar di baliknya. “Dari kesempatan yang diberikan Yogyakarta Royal Orchestra dalam menampilkan ensambel dan orkestra dengan seluruh paraga (pemusik) wanita menunjukkan bahwa kesempatan bermusik itu untuk semua kalangan, tidak hanya pria saja tetapi juga wanita. Dalam seni pertunjukan wanita juga memiliki posisi yang setara dengan para pria, khususnya pada instrumen tiup ini sulit untuk dipelajari tetapi para wanita bisa untuk mempelajarinya dan menampilkanya dalam konser musik,” ungkap Mg Athitya Diah Natalia Monica selaku pimpinan produksi Pentas Musikan Mandalasana Warawaditra.
Meski lagu terakhir telah purna ditampilkan, nampaknya para penonton tak ingin berpisah dengan penampilan para Warawaditra. Lagu Ibu Kita Kartini kembali dihadirkan sebagai lagu pamungkas, sembari mengajak seluruh penonton bernyanyi bersama. Riuh tepuk tangan penonton kembali bergema, mengantarkan kembalinya para pemusik tiup putri Yogyakarta Royal Orchestra kembali ke Bangsal Kasatriyan dengan diiringi para prajurit putri.
“Senang sekali penampilan para Warawaditra kembali mendapat apresiasi baik dari masyarakat. Semoga dengan kami memberikan ruang para pemusik perempuan tampil seperti ini, bisa makin menguatkan pesan kesetaraan. Selamat Hari Kartini, selamat merayakan perjuangan para perempuan,” pungkas KPH Notonegoro.