Peringati Hari Teh Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Jamuan Minum Teh Bersama
- 27-05-2021
Keraton Yogyakarta turut merayakan Hari Teh Internasional (21/05). Momentum ini merupakan kali pertama bagi keraton memperingati hari teh sebagai bagian dari kegiatan pendukung Pameran Bojakrama: Jamuan Kenegaraan Keraton Yogyakarta. Penetapan Hari Teh Internasional sejak 21 Mei 2019 oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa bukan tanpa alasan. Perihal ini didasarkan pada panen raya sekaligus musim produksi teh yang dimulai pada bulan Mei. Di sisi lain, PBB menetapkan Hari Teh Internasional sebagai upaya mendukung produksi teh dengan kualitas terbaik sekaligus memberi dampak bagi masyarakat dari sisi kesehatan hingga sektor industri.
Menyoal teh sebagai jamuan minum masyarakat dunia telah hadir sejak tahun 1664. Pada tahun tersebut Chaterine of Braganza yang diperistri oleh Raja Charles II dari Inggris mempromosikan teh sebagai minuman pengganti alkohol di lingkungan kerajaan. Sementara di Nusantara sendiri teh rupanya telah ada sejak abad ke-15. Pada tahun 1606, VOC menemukan teh dari kapal dagang Cina yang banyak berlabuh di Banten ketika mengambil lada. Berawal dari pelabuhan Banten, teh kemudian dipasarkan secara komersial di Eropa Barat. Perkembangan pasar teh di Nusantara terjadi seiring dengan uji coba budidaya teh di Jawa oleh VOC tahun 1824.
Di Keraton Yogyakarta, teh sudah dikenal sebagai jamuan sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono II (1792-1828). Akan tetapi, perlembagaan teh sebagai jamuan kenegaraan justru terjadi pada periode Sri Sultan Hamengku Buwono VII (1877-1921). Pada periode ini, Sri Sultan membangun Gedhong Patehan sebagai ruang produksi jamuan teh di dalam keraton. Pada saat yang bersamaan, dibentuk pula kelompok Abdi Dalem Patehan sebagai Abdi Dalem yang bertugas membuat dan menyajikan teh di keraton.
Merekonstruksi jamuan teh sore hari, peringatan Hari Teh Internasional kali ini digelar bersama ansambel musik dari Bangsal Mandalasana. Enam repertoar musik dimainkan oleh Abdi Dalem Musikan dengan begitu memukau. GKR Bendara, Penghageng KHP Nityabudaya merespon dan membuka langsung kegiatan ini sebagai upaya merawat tradisi sekaligus mengajak masyarakat luas untuk dapat menikmati teh sebagai bagian dari suguhan dengan cita rasa sejarah yang kental. “Teh tidak sebatas sebagai jamuan dalam sebuah hajatan, tetapi juga sebagai suguhan personal. Dengan kata lain, teh menjadi minuman bagi masyarakat hampir seluruh dunia,” ungkap GKR Bendara.
Kegiatan ini diikuti lebih dari 50 peserta secara terbatas. Para peserta mendapat kiriman teh khas keraton terlebih dahulu, kemudian diajak untuk menyaksikan tata cara membuat teh yang diperagakan oleh Abdi Dalem Patehan. Dikarenakan masih dalam kondisi pandemi, seluruh acara dilakukan secara daring, baik praktik menyeduh teh sekaligus menikmati seduhan teh ala keraton. Peringatan Hari Teh Internasional juga menghadirkan dua narasumber yang menjelaskan mengenai peradaban teh di keraton, yaitu Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan dari Universitas Gadjah Mada serta Nyi KRT Hamong Tejanegara, Pengirit Keparak Para Gusti di Keraton Yogyakarta.