Kali Kedua, Keraton Yogyakarta Gelar Garebeg Mulud Secara Sederhana
- 25-10-2021
Peringatan Hari Lahir Nabi Muhammad SAW di Keraton Yogyakarta yang bertepatan pada Selasa (19/10) atau 12 Mulud Alip 1955/12 Rabiulawal 1443 H, dilakukan dengan sederhana. Prosesi yang digelar bukanlah Upacara Garebeg dengan arak-arakan prajurit dan gunungan sebagaimana mestinya, melainkan dengan membagikan lebih kurang 2.700 ubarampe rengginang untuk Abdi Dalem, Pura Pakualaman, dan Kepatihan. Penyederhanaan prosesi Garebeg ini dilakukan sejak DIY dilanda pandemi Covid-19 pada awal tahun 2020.
Pelaksanaan pembagian ubarampe dipimpin oleh KPH Notonegoro di Kagungan Dalem Bangsal Srimanganti, Keraton Yogyakarta. Seluruh ubarampe rengginang tersebut pada awalnya diinapkan satu malam di lokasi yang sama dan telah dibusanani atau diberikan kain penutup bermotif bangun tulak oleh Kanca Abrit. Jelang dibagikan, rengginang tersebut terlebih dahulu didoakan oleh Mas Lurah Ngabdul Wahab dari Abdi Dalem Kanca Kaji.
Seusai didoakan, sebagian rengginang diantarkan oleh Utusan Dalem ke Pura Pakualaman dan Kepatihan. Utusan Dalem yang mengantarkan ubarampe ke Kepatihan adalah KRT Widyacandra Ismoyoningrat dan KRT Widyodipuro. Sementara, Utusan Dalem yang mengantarkan ke Pura Pakualaman adalah KRT Wijoyo Pamungkas dan KRT Yudosabono.
Pembagian ubarampe gunungan kepada Abdi Dalem Keraton Yogyakarta diberikan kepada Abdi Dalem Carik dari setiap tepas dan kawedanan yang hadir di lokasi dengan penerapan protokol kesehatan ketat. Sebelumnya, selain ubarampe gunungan, Keraton Yogyakarta juga membagikan udhik-udhik yang telah dibungkus kantong kecil kepada Abdi Dalem. Udhik-udhik terdiri dari sejumput beras, uang logam, dan bunga yang biasanya dibagikan oleh Ngarsa Dalem pada saat prosesi Kondur Gangsa di Pagongan Masjid Gedhe.
Berkaitan dengan prosesi tersebut, KPH Notonegoro, menjelaskan bahwa meski status level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) DIY telah turun ke level 2, Keraton Yogyakarta menggelar prosesi Garebeg secara terbatas. “Kami selenggarakan ini (Garebeg Mulud) seperti Garebeg sebelumnya yakni Sawal dan Besar, agar tidak menimbulkan kerumunan massa. Jadi Ngarsa Dalem membagikan pareden, bukan dengan sistem dirayah,” ujarnya.
Kanjeng Noto menambahkan, prosesi yang disederhakan tidak memengaruhi pada esensi Garebeg sebagaimana mestinya. “Sebenarnya esensi Garebeg itu kan Ngarsa Dalem maringi (memberi) sedekah. Mau dirayah atau dibagikan tidak ada masalah. Kita perlu sama-sama menjaga, agar kondisi pandemi ini makin kondusif,” imbuhnya.
Terkait dengan pembukaan objek wisata di DIY, Kanjeng Noto menuturkan bahwa saat ini wisata keraton belum dapat dikunjungi wisatawan. “Objek wisata yang diperbolehkan dibuka itu saat ini masih terbatas ya, dan itu yang diujicobakan bukan hanya keraton saja. Ini lebih kepada kebijakan pemerintah, nanti kalau pada saatnya sudah diperbolehkan buka, kami akan menindaklanjuti, tentu saja dengan tetap menerapkan protokol kesehatan,” tutupnya.