Rangkaian Acara Sekaten dan Garebeg Tahun Dal 1951
- 04-12-2017
Tanggal 6-12 Mulud tahun Dal 1951, atau 24 November - 1 Desember tahun 2017, menjadi istimewa karena bertepatan dengan beberapa upacara keraton terkait Sekaten dan Garebeg tahun Dal yang jatuh delapan tahun sekali. Berikut adalah penjelasan singkat upacara-upacara tersebut. Seperti tahun Dal, beberapa upacara juga diadakan delapan tahun sekali.
Miyos Gangsa
Perayaan Sekaten diawali dengan prosesi Miyos Gangsa pada hari Jumat (24/11). Upacara ini berupa keluarnya Gamelan Sekati, yakni Kanjeng Kiai Gunturmadu dan Kanjeng Kiai Nagawilaga dari keraton. Gamelan tersebut selanjutnya akan ditempatkan di Pagongan Masjid Gedhe dan ditabuh selama satu minggu. Sore pukul 15.00 WIB, kedua perangkat gamelan tersebut diletakan terlebih dahulu di Bangsal Pancaniti, Plataran Kamandhungan Lor. Pukul 11.00 WIB, gamelan dibawa menuju dua buah bangunan di kanan kiri Masjid yang disebut sebagai Pagongan.
Numplak Wajik
Upacara Numplak Wajik dilaksanakan di Plataran Kemagangan pada hari Selasa (28/11) pukul 16.00 WIB, dipimpin oleh GKR Mangkubumi. Prosesi ini dilakukan dengan menempatkan wajik di tengah badan Gunungan Wadon. Numplak Wajik adalah penanda dimulainya proses menyusun gunungan yang akan diarak dan dibagikan saat Garebeg nanti.
Mbusanani Pusaka
Prosesi Mbusanani Pusaka dilaksanakan di Gedhong Jene, pada hari Kamis Wage (30/11), pukul 09.00 WIB. Prosesi ini dilaksanakan oleh para Pangeran Sentana yang dipimpin oleh Mantu Dalem Kangjeng Pangeran Harya (KPH) Wironegoro. Dalam prosesi Mbusanani Pusaka ini, beberapa pusaka Kraton Yogyakarta dikeluarkan dari ruang penyimpanan untuk dirawat dan diganti busananya (kain pelindung) sebagai persiapan menjelang upacara Garebeg Mulud nanti.
Bethak
Prosesi bethak dilaksanakan di Bangsal Sekar Kedhaton, komplek Keputren, pada Kamis petang. Prosesi ini dipimpin oleh GKR Hemas sebagai Permaisuri Dalem. Selepas maghrib, Sri Sultan menyerahkan pusaka Kanjeng Nyai Mrica dan Kanjeng Kyai Blawong kepada GKR Hemas. Menggunakan pusaka yang berbentuk periuk (kendhil) tersebut, GKR Hemas bersama dengan Putra dan Sentana Dalem Putri (putri dan kerabat wanita Sultan) akan menanak nasi sebanyak tujuh kali. Nasi yang dimasak dalam Upacara Bethak tersebut akan diserahkan kepada Sri Sultan pada saat pesowanan keesokan harinya.
Kundur Gangsa
Sebagai tanda berakhirnya Sekaten, gamelan Kanjeng Kiai Gunturmadu dan Kanjeng Kiai Nagawilaga dibawa kembali dari Pagongan Masjid Gedhe ke dalam keraton. Prosesi diawali dengan hadirnya (miyos) Sri Sultan di Pelataran Masjid Gedhe hari Kamis pukul 20:00 WIB untuk menyebar udhik-udhik. Udhik-udhik yang berisi beras, bunga, dan uang logam ini disebar di Pagongan Kidul (selatan) terlebih dahulu, baru setelah itu di Pagongan Lor (utara). Selesai menyebar udhik-udhik, Sri Sultan akan duduk di serambi Masjid Gedhe untuk mendengarkan riwayat Nabi Muhammad. Berbeda dengan pelaksanaan Garebeg Mulud biasa, setiap tahun Dal, Sultan akan menjejakkan kaki ke tembok bata di pintu (butulan) selatan Masjid Gedhe sebelum kembali ke keraton. Upacara ini dikenal dengan istilah Njejak Beteng.
Pesowanan Garebeg
Prosesi Pesowanan Garebeg Dal Tahun 1951 dilaksanakan di Kagungan Dalem Bangsal Kencana pada hari Jumat Kliwon (1/12) pukul 09.00 WIB. Dalam prosesi yang juga dihadiri oleh KGPAA Paku Alam X ini, Sri Sultan mengambil nasi dari periuk Kanjeng Nyai Mrica, mengepal-ngepalnya menjadi bulatan kecil, lalu meletakannya pada Kanjeng Kiai Blawong (pusaka berwujud piring besar). Nasi yang sudah dikepal oleh Sri Sultan dan kepalan nasi yang sudah dibuat sebelumnya kemudian dibagikan kepada GKR Hemas, KGPAA Paku Alam X, diteruskan kepada para kerabat dan Abdi Dalem.
Kundur Gunungan Bromo
Prosesi Kundur Gunungan Bromo (Kutug) dilaksanakan di Plataran Gedhong Purwaretna pada Hari Jumat Kliwon, pukul 11.00 WIB. Sebelumnya, Gunungan Bromo diarak bersama Gunungan Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Darat, Gunungan Pawuhan, dan Gunungan Lanang melewati Alun-Alun Utara. Satu Gunungan Lanang dibawa ke Kepatihan, satu lagi dibawa menuju Puro Pakualaman. Gunungan Lanang sisanya dibawa bersama gunungan lain menuju Masjid Gedhe dengan arak-arakan yang dikawal oleh barisan Bregada Prajurit Keraton. Setelah selesai didoakan di Masjid Gedhe, Gunungan Bromo dibawa kembali masuk ke dalam keraton. Selanjutnya Gunungan tersebut dibagikan kepada para kerabat Keraton Yogyakarta. Lima gunungan yang diletakkan di Pelataran Masjid Gedhe kemudian dibagikan kepada masyarakat sebagai bentuk sedekah dari Sri Sultan.
Bedhol Songsong
Upacara Bedhol Songsong merupakan pagelaran wayang yang dilaksanakan di Bangsal Pagelaran pada Jumat (1/12), pukul 20:00 WIB. Upacara ini dilaksanakan untuk menutup rangkaian Garebeg Mulud. Lakon yang dibawakan kali ini adalah “Semar Ratu” oleh Ki Dalang Mas Bekel Cermo Sugondo, S. Sn.