Garebeg Sawal Dal 1951, Tradisi Perayaan Idulfitri Keraton Yogyakarta
Garebeg Sawal Dal 1951 (15/6) menandai perayaan Idulfitri di Keraton Yogyakarta. Perayaan Garebeg Sawal tahun 2018 sedikit mengalami perbedaan dari perayaan Garebeg tiga tahun terakhir. Pasalnya, momen Garebeg yang selalu berselang satu hari setelah perayaan 1 Sawal oleh pemerintah, tahun ini dirayakan secara bersama-sama. Hal ini justru menjadi kesempatan bagi masyarakat Yogyakarta untuk dapat menyaksikan Hajad Dalem Garebeg bersama dengan keluarga.
“Selama tinggal di Jogja, saya baru satu kali mengikuti acara gunungan ini. Selain penasaran ingin melihat gunungan dan ingin melestarikan budaya Jawa” tutur Erni, warga Jogja yang turut memperebutkan gunungan di Pelataran Masjid Gedhe.
Seperti halnya Hajad Dalem Garebeg sebelumnya, rangkaian upacara Garebeg Sawal diawali dengan Gladhen Prajurit pada Minggu (10/6) sejak pukul 16.30 hingga menjelang waktu berbuka puasa. Gladhen Prajurit adalah gladhi resik para Bregadha Prajurit Keraton Yogyakarta. Rute defile yang dilalui oleh prajurit keraton dimulai dari Pratjimosono, menuju Jalan Rotowijayan kemudian dilanjutkan ke arah Plataran Kamandhungan Lor dan Siti Hinggil Lor. Di kawasan Siti Hinggil, prajurit beristirahat sejenak sebelum menuju Alun-Alun Utara melewati Bangsal Pagelaran untuk melakukan penghormatan akhir kepada Manggalayudha.
Rangkaian persiapan Garebeg dilanjutkan dengan upacara Numplak Wajik pada hari Selasa (12/6). Prosesi Numplak Wajik dilakukan di Panti Pareden, Kemagangan pukul 16.00 dengan dipimpin oleh GKR Mangkubumi. Puluhan Abdi Dalem Keparak mengenakan pakaian janggan hitam nampak pula hadir mengantar putri sulung Sri Sultan. Masyarakat yang menunggu jalannya prosesi telah hadir sejak sebelum waktu ashar. Upacara Numplak Wajik diawali dengan puji donga oleh Mas Lurah Ngabdul Mubarok, Abdi Dalem Kanca Kaji. Akhir upacara ini ditandai dengan dipasangnya kain bermotif bangun tulak oleh Abdi Dalem Keparak pada calon Gunungan Putri.
Puncak acara dari Garebeg Sawal adalah prosesi Garebeg dan Ngabekten. Tujuh Gunungan yang terdiri dari tiga Gunungan Kakung, Gunungan Estri, Gunungan Gepak, Gunungan Darat, dan Gunungan Pawuhan diarak ke luar keraton oleh 104 Narakarya dari Bangunjiwo, Bantul. Dua Gunungan Kakung akan dibagikan di Kepatihan dan Pura Pakualaman. Sementara kelima Gunungan lainnya dibawa menuju Pelataran Masjid Gedhe. Pukul 11.00, gunungan telah usai dibagikan pada masyarakat. Puncak perayaan Idulfitri di Keraton Yogyakarta pun telah usai. Meski demikian, tradisi Ngabekten sebagai tradisi sungkeman Keraton Yogyakarta masih akan berlangsung selama dua hari hingga Sabtu (16/6).
PALING BANYAK DIBACA
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas