Muhibah Mataraman di Purworejo, Keraton Yogyakarta Pentaskan Beksan Nyakrakusuma dan Golek Menak
- 20-02-2020
Keraton Yogyakarta bersama Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta baru saja menggelar lawatan Muhibah Budaya Mataraman ke Purworejo, Jawa Tengah. Serangkaian kegiatan pendukung acara telah digelar sejak Kamis, 20 Februari 2020, diantaranya workshop macapat, workshop penulisan aksara Jawa, workshop pengageman (berbusana Jawa gaya Yogya) dan workshop tari Golek Menak.
Malam puncak Muhibah Budaya berlangsung di Pendopo Kabupaten Purworejo pada Sabtu 22 Februari 2020 pukul 19.30 – 22.00 WIB. Pada kesempatan ini hadir Gubernur DIY sekaligus Raja Kasultanan Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Mangkubumi, KPH Notonegoro, Bupati Purworejo H. Agus Bastian, SE., MM., Wakil Bupati Purworejo Hj. Yuli Hastuti, SH., jajaran Pemda DIY, jajaran Pemerintah Kabupaten Purworejo dan sejumlah tamu undangan.
Muhibah Budaya bertujuan untuk menyambung tali silaturahmi kebudayaan di daerah yang memiliki kaitan sejarah dengan Keraton Yogyakarta. Dalam sambutannya, Sri Sultan Hamengku Buwono X menuturkan bahwa terdapat benang merah hubungan antara Yogyakarta dengan Purworejo pada masa Perang Diponegoro. “ Wilayah Purworejo merupakan basis pertahanan melawan Belanda. Bahkan, wilayah Dulangmas (Kedu, Magelang dan Banyumas) terkenal sebagai kawasan pertahanan militer yang tangguh dibawah Panglima termuda usia 17 tahun, Sentot Alibasyah Prawirodirdjo “, imbuh Sri Sultan.
Bupati Purworejo H. Agus Bastian, SE., MM juga memberikan sambutan bahwa sejak dahulu masyarakat Bagelen atau masyarakat Purworejo memiliki kedekatan hubungan yang baik dengan Mataram Yogyakarta. “ Bahkan istri Raja Mataram waktu itu memberikan penghargaan berupa pembangunan Masjid Santren yang berlokasi di Bagelen, yang sampai sekarang masih berdiri kokoh untuk beribadah masyarakat. Masjid Santren merupakan kenangan indah yang tidak terlupakan dan terus dilestarikan, sehingga hubungan baik Purworejo dengan Daerah Istimewa Yogyakarta terus terjalin dengan baik sampai saat ini dan bahkan selama-lamanya “, tutur Bapak Bupati.
Untuk memeriahkan malam Muhibah Budaya, KHP Kridhamardowo Keraton Yogyakarta menyajikan dua seni pertunjukan, yaitu Beksan Nyakrakusuma dan Beksan Golek Menak Putri Kridha Warastra. Beksan Nyakrakusuma merupakan tari putra ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Tarian ini merupakan wujud rasa kagum Sri Sultan Hamengku Buwono I kepada Sultan Agung Hanyakrakusuma yang gigih melawan penjajah. Beksan Nyakrakusuma menceritakan peperangan antara Raja Nyakrakusuma melawan Raja Mandrakusuma. Pertunjukan selanjutnya menampilkan Beksan Golek Menak Putri Kridha Warastra, merupakan repertoar yang menceritakan prajurit putri Kerajaan Ambarkustub saat berlatih perang dengan menggunakan senjata jemparing (panah). Beksan Golek Menak sendiri merupakan ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, gerakan tarinya mengadopsi dari gerak Wayang Golek kayu dan unsur pencak silat. Sementara itu ditampilkan pula Macapat Panembrama dari peserta workshop, dan Beksan Golek Menak hasil pelatihan dari siswa sanggar seni setempat.